Pencemaran Udara: Risiko Kesehatan di Negara Berkembang
Faktor Penyebab Pencemaran Udara di Negara Berkembang
Pencemaran udara menjadi tantangan besar yang dihadapi oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Faktor penyebabnya beragam, mulai dari aktivitas industri hingga pola transportasi. "Industri khususnya yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil dan pelepasan gas rumah kaca adalah kontributor utama pencemaran udara," kata Dr. Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Selain industri, pola transportasi juga berperan penting. Mobil dan sepeda motor membuang gas buangan yang berkontribusi pada peningkatan polusi udara. Seperti yang disampaikan oleh Drajad Wibowo, ekonom dan ahli lingkungan: "Pola transportasi yang tidak ramah lingkungan, termasuk kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi, menambah beban pencemaran udara."
Pembakaran sampah secara terbuka juga menjadi faktor lain. Praktek ini tidak hanya mencemari udara, tetapi juga merusak kualitas tanah dan air. "Pembakaran sampah terbuka ini sangat berdampak pada kualitas udara dan menjadi salah satu penyebab penyakit pernafasan," papar Dr. Arief Suditomo, spesialis paru.
Dampak Pencemaran Udara terhadap Kesehatan Masyarakat
Pencemaran udara dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Mulai dari iritasi mata dan paru-paru, hingga peningkatan risiko penyakit jantung dan kanker. Dr. Arifin Panigoro, spesialis jantung, menjelaskan: "Paparan polusi udara jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke."
Anak-anak dan lansia menjadi kelompok yang paling rentan. Mereka memiliki sistem imun yang lebih rendah, sehingga lebih mudah terkena dampak negatif polusi udara. "Anak-anak dan lansia lebih rentan terhadap efek pencemaran udara. Ini bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan meningkatkan risiko asma," ungkap Dr. Sutopo, spesialis anak.
Pencemaran udara juga menjadi penyebab meningkatnya kasus penyakit pernafasan akut (ISPA). ISPA menjadi penyakit paling banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. “Polusi udara berkontribusi besar terhadap peningkatan kasus ISPA. Ini adalah dampak langsung dari kualitas udara yang buruk," kata Dr. Iwan Ariawan, spesialis paru.
Untuk itu, perlu upaya serius untuk menangani pencemaran udara. Mulai dari pengendalian emisi industri, penggunaan transportasi yang ramah lingkungan, hingga mengubah cara pengelolaan sampah. Dengan demikian, kita dapat mengurangi risiko dampak kesehatan akibat pencemaran udara.